09 Februari 2008

APAKAH INDUSTRI MANUFAKTUR BERBASIS SYARIAH ?

Industri manufaktur adalah cara baru memproduksi barang yang ditemukan sewaktu diadakan revolusi industri.
Pada mulanya di Inggeris ditemukan cara mengaplikasikan mesin uap untuk menggerakkan alat produksi tekstil, menggantikan kincir air dan tangan manusia. Penggunaan mesin uap ini meluas bukan saja pada industri, tapi juga pada alat transport seperti kapal dan kereta api.
Mekanisasi ini kemudian menjalar ke Eropa dan Amerika. Karena pusat pelaksanaan revolusi dimulai dari Inggeris, maka yangh menerima perobahan ini sebagai tangan pertama adalah bangsa bangsa yang berbahasa Inggeris seperti Amerika Serikat, Kanada dan kemudian Australia dan Selandia Baru.
Di Eropa, Perancis, Jerman dan negara Skandinavia yang segera ketularan revolusi ini. Di Jerman berkembang produksi baja, bahan kimia dan tenaga listrik.
Manufaktur, dikembangkan di Amerika Serikat dipermudah dengan gitemukannya alat kalibrasi yang mampu mengukur sampai seperseribu mil;imeter. Produk dirancang dengan menguraikannya dalam bentuk komponen lalu komponen itu diproduksi dulu secara presisi sehingga mudah disatukan dalam proses perakitan.
Cara manufaktur inilah yang memungkinkan terciptanya produk produk baru, dimulai dengan bedil, lalu mesin jahit dan kemudian mesin pembuat mesin, dan terus berkembang sampai produk yang terdiri atas ratusan bahkan ribuan komponen, seperti pesawat terbang, televisi bahkan pesawat ruang angkasa dan roket. Cara ini memungkinkan produk masaal dengan nilai tambah yang tinggi. Dalam merancang sebuah produk diperlukan kemahiran merekayasa produk, rekayasa teknologi, rekayasa proses, rekayasa manajemen, rekayasa pembiayaan dan rekayasa pemasaran.
Bangsa kita belum memiliki kesadaran tentang kepemilikan kemampuan rekayasa ini, sehingga belum dijadikan sebuah disiplin ilmu terpadu yang kita sebut rekayasa manufaktur.
Karena kita belum mahir dalam manufaktur, maka perlu dijalankan langkah langkah kearah itu. Langkah pertama adalah merobah tatapikir handicraft yang sudah mengakar dalam memori kita dengan tatapikir manufaktur.
Dalam berproduksi secara handicraft, barang dibuat satu per satu oleh satu orang, sehingga produktivitasnya sangat rendah. Pertimbangan memproduksi sesuatu barang, ditentukan oleh tersedianya bahan baku yang melimpah dan ketrampilan perorangan yang mengolahnya, dan tidak dimulai dengan apa yang dibutuhkan pasar, sehingga menemui kesulitan dalam pemasaran. Inilah inti permasaalahan industri kerajinan kita: sulit laku.
Tatapikir manufaktur, memproduksi barang yang sangat dibutuhkan oleh pasar, karena memiliki kemampuan memproduksi barang apa saja. Persaingan di pasar sangat ketat dan hanya perusahaan yang makin mampu mengefisienkan dirinya yang dapat bertahan. Cara bertahan atau masuk kedalam persaingan ketat ini didekati dengan cara ATM, yaitu amati, tiru lalu modifikasi. Pertama dipilih barang yang paling laku yang mungkin kita produksi dengan jumlah komponen seminimal mungkin. Sesudah itu kita tiru cara pembvuatannya. Pengalaman dari meniru ini dapat kita pakai untruk memodifikasi bentuk, kegunaan serta biaya pembuatannya. Bila kita dapat melakukan pembuatan yang lebih menarik bentuuknya, lebih murah harganya dan bwertambah nilai pakainya, kita sudah dapat menyaingi produk yang sedang laku di pasaran.
Ada cara lain memulai usaha dari pasar yaitu menjadi sub kontraktor dari sebuah produk manufaktur. Cara ini membebaskan kita dari keharusan merekayasa cara produksi, sebab kita tinggal mengikuti proses yang telah ada.
Pada industri manufaktur Jepang, kebutuhan akan sub kontraktor ini sangat niscaya, karena dengan menyerahkan sebahagian pekerjaan pembuatan komponen kepada perusahaan yang lebih kecil mereka akan dapat menekan biaya produksi, karena biaya perusahaan kecil relatif lebih kecil dari perusahaan besar terutama karena perbedaan dalam biaya overhead. Ini sudah dipraktekkan pada usaha pembinaan UKM di Astra.
Kesempatan menjadi sub kontraktor pada industri Jepang ini masih sangat luas mengingat komponen kenderaan bermotor dan elektronika pabrik pabrik Jepang di Indonesia, lebih dari separuhnya masih diimpor.
Bila anda suatu hari sudah menjadi seorang pengusaha industri manufaktur, anda harus segera mengelola industri anda berdasarkan syariah, manajemen industri yang islami, sebab industri yang islami inilah yang membuat Jepang dapat mengungguli industri barat pada saat ini.
Manajemen industri manufaktur berdasarkan syariah ini bertumpu pada pondasi seperti dibawah ini:
1. Perusahaan industri diniatkan bukan untuk memupuk kekayaan segelintir orang, tetapi berbagi hasil dengan mitra kerja untuk jadi mankmur bersama. Dikelola karyawan untuk kesejahteraan karyawan sendiri. Cara ini menghasilkan pekerja yang termotivasi tinggi.
2. Segala kegiatan dala industri, tiada lain hanya untuk menggapai ridha Allah, sebagai pelaksanaan tugas khalifatullah fil ard dalam memakmurkan alam semesta.
3Untuk mencapai tujuan diatas, maka pelaksanaan industri adalah melayani langganan secara all out, dengan mengusahakan afkir yang makin kecil sampai ke zero defect, menekan biaya produksi secxara cerdik dan mengenali kemampuan sendiri agar dapat menepati janji penyerahan barang hasil produksi dalam wktu, jumlah dan mutu yang tepat sesuai janji.
4. Memilih produk yang sangat dibutuhkan pasar dan yang halal.
5. Mengharamkan memasuki industri yang berpotensi merusak segalanya baik lingkungan, akhlak, kesehatan dan lain lain.
6. Taat mematuhi semua peraturan pemerintah dan adat kebiasaan masyarakat yang islami.

Dengan menjalankan industri manufaktur berbasis syariah ini, insya Allah anda disamping mendapatkan keuntrungan materi, juga mendapat pahala dari Allah.
Bagi orang yang non muslim tidak perlu ada kekhawatiran, karena yang dijalankan adalah sistim yang islami, bukan pe nganutan agama Islam. Jepang sudah menjalankan sistim sejenis ini tetapi tidak menjadi pemeluk agama Islam.

Masih ada persoalan yang harus dihadapi yaitu masaalah pembiayaan dan pemasaran.
Dalam masaalah pembiayaan dapat bersinergi dengan sistim perbankan syariah. Kemungkinan ini sangat layak mengingat kedua sistim ini sangat kompatibel. Tambahan pula, perbankan syariah membutuhkan usaha yang akan dibiayai bila ingin jadi besar.
Untuk pemasaran, pemerintah harus turun tangan membentuk chain store untuk produk IMBS ini, diseluruh kabupaten di seluruh Indonesia. Biayanya dapat diambil dari alokasi biaya yang diperuntukkan pengembangan industri kerajinan yang tidak menampakkan pengaruh pada peridustrian nasional, termasuk biaya untuk Dewan Kerajinan Nasional dari Departemen Perindustrian dan bantuan lain untuk pengrajin dari Kementerian Koperasi dan UKM.

Tahu 2007 ada perjanjian Indonesia -Jepang tentang Economic Partnership Agreemant yang dapat dipakai untuk menjalin kerjasama antara sub kontraktor Jepang untuk bermitra dengan calon sub kontraktor Indonesia, yang karena sudah menerapkan IMBS maka akan menjadi kompatibel sesamanya.
Tahun 2008 ini, Presiden SBY memutuskan bahwa kebutuhan TNI akan dipasok dari dalam negeri, akan merupakan lahan yang paling subur untuk membiakkan IMBS.

Agar usaha mensukseskan IMBS ini dapat berjalan makin lama makin maju, perlu ada kumpulan orang yang berdedikasi tinggi untuk bersatu dalam sebuah wadah. Wadah ini saya usulkan diberi nama KOINMAS, kependekan dari Komunitas Insan Industri Manufaktur Syariah.

Bila anda sesudah menyimak apa yang ada dalam blog ini dan ada yang perlu penjelasan lebih lanjut, jangan segan segan menghubungi kami dengan segera, dan kami akan berusaha menjawab selengkap mungkin sampai anda puas. Bila ilmu kami masih kurang mendukung untuk menjawab pertanyaan anda, saya akan menngundang orang yang akhli dalam kasus yang anda tanyakan, atau siapa tahu, banyak orang yang mau menyumbang pikiran dalam hal itu.

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2 komentar:

Zaki EL Fausie mengatakan...

assalamualaikum,,dalam aplikasi yang lebih luas, sebenarnya konsep syariah dalam sistem manufactur seperti apa? konsep syariah yang seperti apa yang bisa digunakan dalam sistem produksi manufactur?

. mengatakan...

Pertama, paradigma ekonomi Islam yaitu pelaksanaan tugas khalifatullah fil ard memlihara harta Allah yang ada di bumi dan di langit untuk mewujudkan rahmat alam semesta sehingga mengerjakannya menjadi ibadah. Kedua, melayani pelanggan dengan mutu yang makin lama makin baik, biaya produksi yang makin rendah, ketepatan penyerahan dalam waktu, jumlah dan harga yang telah disepakati dan pelayanan purna jual. Ketiga pemerataan usaha untuk keadilan, berupa pemerataan pendapatan, pemerataan berusaha dan pemertaan kepemilikan usaha
Detailnya busa konsultasi cuma2.
Salam,
Eddy Boekoesoe