Pada awal tahun 2008 ini Presiden SBY membuat sebuah keputusan yang sangat strategis yaitu memutuskan bahwa semua kebutuhan TNI akan dibuat dalam negeri.
Keputusan ini memberi dampak yang luas, bukan saja terhadap kemandirian TNI dan juga bukan saja pada penghematan devisa tetapi ada yang lebih penting lagi yaitu, merangsang pertumbuhan industri manufaktur dalam negeri.
Peralatan TNI tersebut diatas merupakan produk dari industri manufaktur dan bukan industri handicraft. Ini berarti jika kita mau memproduksinya didalam negeri harus oleh lembaga industri manufaktur pula.
Banyak orang Indonesia belum paham watak dari industri manufaktur, karena kita tidak memiliki memori sedikitpun tentang revolusi industri yang melahirkan industri manufaktur.
Industri manufaktur adalah proses pembuatan barang yang dimulai dari membuat komponen yang presisi, lalu dirakit, sehingga harus dilaksanakan dalam kondisi disiplin yang ketat, sebab segala kegiatan sudah terpolakan dalam sebuah program yang tidak dapat diimprovisasi seperti nyanyian.
Untuk mencapaui tingkat disiplin tersebut diatas, diperlukan sebuah organisasi tertentu yang menjamin terselenggaranya segala ketepatan kegiatan diatas. Organissasi ini harus memiliki garis komaando yang tegas, sehingga dengan pekerja yang segitu banyak jumlahnya, menjadi seirama dalam menghasilkan produk akhir. Proses produksi akan kacau bila ada sebahagian dari rangkaian kegiatan yang saling terkait itu, macet.
Kondisi ini mengingatkan kita terhadap organisasi tentara. Kedua type organisasi ini mirip karena memiliki misi yan similar.
Industri Jepang saat ini merupakan industri yang termoderen yang sudah terbukti di lapangan, yang perlu kita jadikan acuan.
Bila kita berkunjung ke sebuah pabrik di Jepang, kesan militer terasa sangat menyolok. Setiap pagi sebelum pekerjaan dimulai, harus didahului senam, dan kemudian apel pagi untuk mengingatkan lagi tekad bersama yang biasanya dalam bentuk prinsip perusahaan, kalau di TNI barangkali sama dengan Sapta Marga.
Didalam pabrik setiap pejabat disebutkan pangkat dan namanya. Bila Presdirnya bernama Harada maka dia dipanggil dengan nama panggilan Harada Saco, kemudian Tanaka Buco untuk manajer dan Matsumoto kaco untuk kepala regu.Ini mirip dalam ketentaraa dimana orang disebut nama dan pangkatnya bersamaan, yang untuk negeri kita, jika diterapkan dalam kehidupan di luar ketentaraan terasa aneh. Pada saat makan siang makanan disediakan dalam wadah omprengan untuk semua. Pada akhir jam kerja diadakan lagi apel sore.
Kalau kita menengok kedalam negeri, kelompok masyarakat yang memiliki organisasi yang punya disiplin tinggi semacam itu, hanyalah tentara. Organisasi semacam ini tidak dimiliki oleh politisi, pedagang, petani apalagi pengrajin.
Kesimpulan pertama yang dapat ditarik dari tulisan ini adalah, secara potensial, kelompok manyarakat tentaralah yang memiliki jiwa yang cocok untuk menyelenggarakan industri manufaktur, sebuah budaya baru buat bangsa kita. Lelompok masyrakat lain harus dapat membentuk sendiri type organisasi yang cocok dengan membench mark organisasi yang sesuai dengan tuntutan industri manufaktur.
Kesimpulan kedua, bila TNI menyadari mereka memiliki sifat potensial sebagai pelaksana industri manufaktur, sudah harus mengkondisikannya mulai saat ini agar dapat memanfaatkan kesempatan yang dibuka oleh keputusan Presiden ini. Hal ini terpulang kepada pimpinan TNI untuk mengambil langkah langkah penyesuaian agar sifat potensial ini dapat diaktualkan dalam kegiatan industri manufaktur.
Bapak Presiden, saya berdoa mudah mudahan ini akan merupakan awal dari pelaksanaan Revolusi Industri Indonesia. Amin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar