10 Maret 2008

PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI TERHADAP PETANI DAN NELAYAN.

Lazimnya sebuah revolusi, revolusi industri dilakukan oleh rakyat banyak yang ingin merubah kehidupannya menjadi lebih makmur, untuk itu ikutilah tulisan dibawah ini.

Bangsa kita mayoritas berprofesi sebagai petani dan nelayan, diakibatkan oleh karena kita belum melaksanakan revolusi industri seperti negara maju.
Namun kita sudah dapat melaksanakan revolusi tahap awal seperti yang terjadi di Inggeris pada pertengahan abad XVIII, yaitu merubah ketergantungan kegiatan ekonomi dari penggunaan tanaga yang disediakan oleh alam seperti tenaga air, panas matahari, tenaga hewan, tenaga manusia, menjadi ketergantungan terhadap tenaga buatan manusia yaitu mesin dalam hal ini adalah mesin uap.
Hal ini dapat terjadi di Inggeris dan Eropa umumnya karena dorongan semangat untuk menaklukan alam.
Semangat ini menghasilkan sebuah mindset, bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia dibantu tenaga alam sudah harus diganti dengan tenaga buatan manusia yaitu mesin demi peningkatan prodiktivitas.
Kita yang belum melaksanakan revolusi industri, masih setia menggantungkan kegiatan ekonomi kita pada tenaga dan belum menukar mindset kita menjadi ketergantungan terhadap mesin, sehingga produktivitas kita masih rendah.
Dengan merubah ketergantungan ini, kita telah memulai sebuah revolusi industri walaupun masih dalam tahap awal.
Sebagai ilustrasi dari kehebatan mesin dibandingkan dengan tenaga manusia, manusia tidak bisa terbang, tetapi mesin buatan manusia dapat menerbangkan ratusan manusia sekaligus.
Salah satu contoh penggunaan mesin yang sederhana tetapi dapat mencegah pemborosan malah dapat dijadikan usaha peningkatan pendapatan adalah proses pengeringan.
Kebiasaan masyrakat kita kalau ingi mengeringkan sesuatu produk, terpaku dalam menggunakan panas matahari. Hasil pertanian, perkebunan dan perikanan selalu dikeringkan dengan sinar matahari. Celakanya jika sinar matahari tidak muncul, banyak hasil pertanian, perkebunan dan perikanan menjadi busuk yang berarti kerugian besar. Dapat dibayangkan berapa juta ton padi dan produk pertanian lainnya yang rusak karena tidak kering. Berapa banyak ikan yang menjadi busuk karena tidak dapat dikeringkan dan berapa juta ton produk perkebunan yang mutunya rendah karena kesalahan proses pengeringan.
Sampai saat ini kerugian besar ini masih kita pandang sebagai nasib yang tidak dapat dirobah karena kita belum merobah mindaset kita yang sudah kedaluwarsa.

Proses pengeringan banyak ditentukan oleh tiupan angin pada permukaan barang yang akan dikeringkan. Makin banyak angin yang ditiupkan dan makin tinggi kecepatannya, makin cepatlah proses pengeringan itu. Kartena dalam proses ini terjadi penguapan, maka barang yang dikeringkan akan turun suhunya sehingga menyulitkan pengapan. Untuk mengatasi penurunan suhu ini, angin yang ditiupkan harus dipanasi.
Cara kerjanya adalah dengan menggunakan kipas angin besar dan ditiupkan kearah produk yang akan dikeringkan dengan melewatkannya terlebih dahulu kedalam sebuah radiator air panas.
Mesin pengering seperi ini paling mahal lima juta rupiah biaya pembuatannya dan bukan merupakan cost center tetapi bisa jadi profit center, seperti halnya traktor tangan unmtuk membajak.
Organisasi tani seperti HKTI, organisasi nelayan seperti HNSI, harus segera memolopori penggunaan mesin pengering ini demi kesejahteraan petani dan nelayan.
Ikan tangkapan yang berlebih dan yang tidak komersial dapat direbus dulu lalu dikeringkan, dapat menjadi tepung ikan yang masih kita impor.
Cabai yang berlebihan diproduksi disuatu tempat yang jauh dari pasar, dapat didehidrasi duu sehingga tahan lama untuk diangkaut ke pasar, bahkan disekspor.
Jagung dapat dikeringkan untuk menghindari penjamuaran yang mengakibatkan racun.

Para petani dan nelayan, selamat membebaskan diri dari ketergantungan terhadap matahari dan segera beralih ke mesin pengering dengan investasi yang murah dan teknologi yang sederhana sehingga dapat dibuat di seluruh perosok tanah air.

Tidak ada komentar: