29 Februari 2008

PM Jepang Yashuo Fukuda merasa ngeri pada buruh kita

Pada harian Kompas hari ini, ada berita tentang kengerian PM Jepang terhadap sikap buruh kita, yang diutarakan sewaktu menerima Wapres Yusuf Kalla.
Gerakan buruh kita adalah merupakan konsekwensi logis dari sistim industri kita yang masih bersifat kapitalistik meniru industri barat, dimana hubungan buruh majikan mengandung pertentangan kepentingan (antagonistik) dimana majikan yang melihat pendapatan buruh sebagai biaya yang harus ditekan agar memperoleh keuntungan yang optimal sedangkan pihak buruh melihat bahwa gaji mereka adalah biaya hidup yang kalau boleh setinggi mungkin. Untuk menghadapi majikan yang kuat posisinya, maka kaum buruh harus bersatu agar posisi berunding bisa seimbang. Pertentangan kepentingan ini memakan energi yang cukup besar.
Sejak Perang Dunia II selesai, Jepang merevisi paradigma barat yang materialistik menjadi paradigma pro kemanusiaan dalam pelaksanaan industri mereka.
Demi peri kemanusiaan buruh dan majikan yang sama sama manusia tidak pantas bertentangan dan sebaiknya bersinergi. Ini tercermin pada hubungan buruh-majikan yang tidak lagi bertentangan dalam kepentingan tetapi bersinergi. Buruh dan majikan bergandengan tangan mengusahakan kemajuan usaha dan hasilnya dibagi sesuai dengan kesepakatan. Hubungan perburuhan semacam ini menghasilkan gerakan buruh yang berbasis perusahaan karena kaum buruh berkepentingan memajukan perusahaan tempat mereka bekerja. Ini merupakan salah satu penyebab keunggulan industri Jepang dari industri barat
Disinilah perbedaan yang menyolok antara dua sistim perburuhan. saehingga tidak heran jika Perdana Menteri Fukuda merasa ngeri dengan sepak terjang buruh kita, sebab kondisi jahiliah seperti ini telah lama mereka tinggalkan.
Apa yang harus kita lakukan menghadapi situasi seperti ini?
Kita, setelah belajar dari revisi industri Jepang yang menghasilkan kemjuan yang sangat pesat, sebagai bangsa timur harus segera merevisi falsafah industri kita dari falsafah industri sekarang yang kapitalistik menjadi industri yang berperi kemanusiaan yang tinggi.
Kita perlu melakukan revolusi industri mulai dari merubah cara berproduksi handicraft menjadi
cara berproduksi secara manufaktur dan merobah falsafah industri dari falsafah kapitaklistik menjadi falsafah industri yang humanistik.
Mengingat bahwa penduduk kita 88% beragama Islam, sebaiknya pendekatan yang dipilih adalah Industri Manufaktur Berbasis Syariah, yang kompatibel dengan sistim industri Jepang.

Perdana Menteri Jepang ngeri terhadap buruh Indonesia.

Hari ini di harian Kompas ada berita bahwa PM Jepang menyatakan kepada Wapres Kalla bahwa dia merasa ngeri terhadap sikap buruh Indonesia. Ini merupakan bukti bahwa industri kita tidak kompatibel dengan industri dunia terutama dengan Jepang. Organisasi buruh di Indonesia merupakan perpanjangan dari gerakan buruh international dimana ada pertentangan kelas antara buruh dan majikan. Majikan pada sistim kapitalis adalah para kapitalis yang tujuannya adalah memupuk kekayaan sebanyak banyaknya sehingga pendapatan buruh dianggap sebagai bagian biaya yang harus ditekan bila harus untung besar, sedangkan buat kaum buruh, gaji adalah biaya hidup yang tidak pernah cukup. Kondisi ini menghasilkan pertentangan kepentingan. Untuk menghadapi para kapitalis ini, kaum buruh harus bersatu dalam gerakan yang terorganisir bila berhadapan dengan majikan. Karena kondisi ini berlaku di seluruh dunia, maka dianjurkan kaum buruh membentuk gerakan yang mendunia. Industri Indonesia masih bersifat kapitalistik sehingga menghasilkan organisasi buruh seperti yang ada di negeri barat.
Jepang sejak Perang Dunia II telah merevisi falsafah barat yang materialistik menjadi pro kemanusiaan dalam pelaksanaan industri mereka, sesuai jatidiri bangsa timur. Buruh dan majikan yang sama sama manusia bukan bertentangan tetapi bersinergi. Mereka secara bersama sama memajukan usaha dan hasilnya dibagi sesuai kesepakatan. Sistim perburuhan seperti ini menghasilkan organisasi buruh yang berbasis perusahaan, yang lebih damai dan bersemangat, berbeda dengan kita dimana organisasi buruh bersifat nasional.
Perbedaan sistim inilah yang menyebabkan kondisi perburuhan kita menjadi tidak kompatibel dengan industri Jepang, yang menyebabkan PM Jepang ngeri terhadap kaum buruh Indonesia.
Sudah waktunya kita sebagai bangsa harus merobah paradigma kapitalistik pada industri kita menjadi paradigma sinergis yang sangat cocok dengan budaya timur yang menjunjung tinggi kemanusiaan.
Kita harus melakukan revolusi industri dan merevisi paradigma kapitalistik menjadi paradigma sinergis yang dapat dilaksanakan melalui Industri Manufaktur Berbasis Syariah.

17 Februari 2008

MENGAPA BANGSAKU MISKIN?

Pertanyaan ini jarang kita kemukakan baik sebagai cendekiawan, pengusaha, politisi maupun pemerintah.Dalam program pemerintah, program partai politik, program ahli ekonomi, program para insinyur, program KADIN dan HIPMI tidak ada satupun yang secara jelas berbicara mengenai peningkatan produktivitas untuk pengentasan kemiskinan bangsa ini, sehingga seolah olah tidak ada yang peduli. Kalau ada program pemerintah hanya merupakan program yang reakrif sifatnya, seperti swa sembada kedelai setelah harganya melonjak.

Mengapa bangsaku miskin?
Bangsaku miskin karena kemampuan memproduksi barang sangat rendah nilai tambahnya. Karena produktivitasnya rendah, maka pendapatannya juga rendah sehingga menjadi miskin. Dalam kondisi yang miskin ini, bangsaku disuruh membayar harga barang barang berdasarkan standar harga dunia luar yang kaya, sehingga makin sempurnalah kemiskiinan itu.

Di luar sana, orang berlomba lomba meningkatkan produktivitas dengan mengembangkan teknologi, sedangkan kita masih setia berkutat dengan cara yang sudah jelas rendah produktivitasnya, yaitu industri kerajinan, yang miskin teknologi.
Produktivitas sebuah bangsa ditentukan oleh kemampuan industrinya dalam menghasilkan nilai tambah yang tinggi. Kemampuan menghasilkan nilai tambah yang tinggi ditentukan oleh CARA industri berproduksi. Sangat disayangkan pembuat kebijakan industri kita, tidak pernah melihat industri dari CARA mereka berproduksi, tetapi dari hasil produksinya, seperti industri mobil, industri pertambangan, industri pertanian atau dengan membedakannya dalam skala usaha, seperti usaha mikro, usaha kecil, usaha sedang dan usaha besar, dimana penggolongan ini tidak ada sangkut pautnya dengan produktivitas. Sedihnya lagi usaha industri, perdagangan dan jasa, disatukan dalam kelompok yang lebih umum, sehingga ada kesan ngaco, yaitu sektor riil.

Kelakuan kita yang tidak pernah melihat industri dari CARA berproduksi, menghasilkan gambaran kita tentang industri kita menjadi tidak tepat, sehingga kita mendapat kesulitan dalam memberdayakannya. Akibatnya, industri kita jadi ketinggalan jaman dan akhirnya menjadi tidak kompatibel dengan industri dunia, sehingga menjadi aneh.

Dunia, sejak 250 tahun yang lalu sudah merobah CARA berindustri yang kita kenal dengan nama REVOLUSI INDUSTRI.
Apa yang dirobah orang pada waktu revolusi industri?
Revolusi industri merobah CARA berproduksi barang yang tadinya dilakukan secara handicraft (yang sekarang masih kita lakukan), dirobah menjadi CARA manufaktur(kita masih belum melakukannya sekarang), dimana mesin (teknologi) yang menjadi andalan utama.
Perbandingan kemampuan mesin dan orang dapat dilukiskan sebagai berikut: Manusia tidak bisa terbang, tetapi mesin buatan manusia dapat menerbangkan ratusan manusia sekaligus.
Para pelaksana revolusi industri itu sekarang, menjadi negara negara kaya dan menguasai perekonomian dunia, menjadikan kita tetap miskin.
Saat ini ada sekitar 48 juta UKM binaan pemerintah menghasilkan 2,3 triliun per tahun. Jumlah ini dapat dihasilkan oleh hanya 2.000 unit UKM binaan Astra karena mereka adalah manufakturer.

Cerita diatas menggambarkan bagaimana rendahnya produktivitas bangsa kita ini sekarang. Sudah tentu harus ada perbaikan segera untuk menghentikan proses pemiskinan ini

Usaha yang disarankan adalah menukar CARA berproduksi bangsa ini dari cara handicraft ke CARA manufaktur atau dengan kata lain Indonesia harus segera melakukan REVOLUSI INDUSTRI walaupun sudah terlambat. Handicraft dipindahkan dari ranah ekonomi ke ranah kebudayaan, pendidikan dan parawisata dan untuk urusan ekonomi kita hanya mengenal manufaktur saja.
Bangsa Jepang sebagai kampiun industri manufaktur dunia, sudah mulai menjalankan program MONOZUKURI, yang dalam bahasa Inggerisnya " dedication to skilled manufacturing" disosialisasikan mulai dari taman kanak kanak, dan kita masih buta dalam soal itu.

Anda sudah ingin melakukan revolusi industri? Dirikanlah industri manufaktur berbasis sariah! Tidak tahu CARAnya, berkonsultasilah dengan blog kami. Kami tunggu.

10 Februari 2008

BRAVO SBY

Pada awal tahun 2008 ini Presiden SBY membuat sebuah keputusan yang sangat strategis yaitu memutuskan bahwa semua kebutuhan TNI akan dibuat dalam negeri.
Keputusan ini memberi dampak yang luas, bukan saja terhadap kemandirian TNI dan juga bukan saja pada penghematan devisa tetapi ada yang lebih penting lagi yaitu, merangsang pertumbuhan industri manufaktur dalam negeri.
Peralatan TNI tersebut diatas merupakan produk dari industri manufaktur dan bukan industri handicraft. Ini berarti jika kita mau memproduksinya didalam negeri harus oleh lembaga industri manufaktur pula.

Banyak orang Indonesia belum paham watak dari industri manufaktur, karena kita tidak memiliki memori sedikitpun tentang revolusi industri yang melahirkan industri manufaktur.
Industri manufaktur adalah proses pembuatan barang yang dimulai dari membuat komponen yang presisi, lalu dirakit, sehingga harus dilaksanakan dalam kondisi disiplin yang ketat, sebab segala kegiatan sudah terpolakan dalam sebuah program yang tidak dapat diimprovisasi seperti nyanyian.
Untuk mencapaui tingkat disiplin tersebut diatas, diperlukan sebuah organisasi tertentu yang menjamin terselenggaranya segala ketepatan kegiatan diatas. Organissasi ini harus memiliki garis komaando yang tegas, sehingga dengan pekerja yang segitu banyak jumlahnya, menjadi seirama dalam menghasilkan produk akhir. Proses produksi akan kacau bila ada sebahagian dari rangkaian kegiatan yang saling terkait itu, macet.

Kondisi ini mengingatkan kita terhadap organisasi tentara. Kedua type organisasi ini mirip karena memiliki misi yan similar.

Industri Jepang saat ini merupakan industri yang termoderen yang sudah terbukti di lapangan, yang perlu kita jadikan acuan.
Bila kita berkunjung ke sebuah pabrik di Jepang, kesan militer terasa sangat menyolok. Setiap pagi sebelum pekerjaan dimulai, harus didahului senam, dan kemudian apel pagi untuk mengingatkan lagi tekad bersama yang biasanya dalam bentuk prinsip perusahaan, kalau di TNI barangkali sama dengan Sapta Marga.
Didalam pabrik setiap pejabat disebutkan pangkat dan namanya. Bila Presdirnya bernama Harada maka dia dipanggil dengan nama panggilan Harada Saco, kemudian Tanaka Buco untuk manajer dan Matsumoto kaco untuk kepala regu.Ini mirip dalam ketentaraa dimana orang disebut nama dan pangkatnya bersamaan, yang untuk negeri kita, jika diterapkan dalam kehidupan di luar ketentaraan terasa aneh. Pada saat makan siang makanan disediakan dalam wadah omprengan untuk semua. Pada akhir jam kerja diadakan lagi apel sore.

Kalau kita menengok kedalam negeri, kelompok masyarakat yang memiliki organisasi yang punya disiplin tinggi semacam itu, hanyalah tentara. Organisasi semacam ini tidak dimiliki oleh politisi, pedagang, petani apalagi pengrajin.

Kesimpulan pertama yang dapat ditarik dari tulisan ini adalah, secara potensial, kelompok manyarakat tentaralah yang memiliki jiwa yang cocok untuk menyelenggarakan industri manufaktur, sebuah budaya baru buat bangsa kita. Lelompok masyrakat lain harus dapat membentuk sendiri type organisasi yang cocok dengan membench mark organisasi yang sesuai dengan tuntutan industri manufaktur.
Kesimpulan kedua, bila TNI menyadari mereka memiliki sifat potensial sebagai pelaksana industri manufaktur, sudah harus mengkondisikannya mulai saat ini agar dapat memanfaatkan kesempatan yang dibuka oleh keputusan Presiden ini. Hal ini terpulang kepada pimpinan TNI untuk mengambil langkah langkah penyesuaian agar sifat potensial ini dapat diaktualkan dalam kegiatan industri manufaktur.

Bapak Presiden, saya berdoa mudah mudahan ini akan merupakan awal dari pelaksanaan Revolusi Industri Indonesia. Amin

09 Februari 2008

APAKAH INDUSTRI MANUFAKTUR BERBASIS SYARIAH ?

Industri manufaktur adalah cara baru memproduksi barang yang ditemukan sewaktu diadakan revolusi industri.
Pada mulanya di Inggeris ditemukan cara mengaplikasikan mesin uap untuk menggerakkan alat produksi tekstil, menggantikan kincir air dan tangan manusia. Penggunaan mesin uap ini meluas bukan saja pada industri, tapi juga pada alat transport seperti kapal dan kereta api.
Mekanisasi ini kemudian menjalar ke Eropa dan Amerika. Karena pusat pelaksanaan revolusi dimulai dari Inggeris, maka yangh menerima perobahan ini sebagai tangan pertama adalah bangsa bangsa yang berbahasa Inggeris seperti Amerika Serikat, Kanada dan kemudian Australia dan Selandia Baru.
Di Eropa, Perancis, Jerman dan negara Skandinavia yang segera ketularan revolusi ini. Di Jerman berkembang produksi baja, bahan kimia dan tenaga listrik.
Manufaktur, dikembangkan di Amerika Serikat dipermudah dengan gitemukannya alat kalibrasi yang mampu mengukur sampai seperseribu mil;imeter. Produk dirancang dengan menguraikannya dalam bentuk komponen lalu komponen itu diproduksi dulu secara presisi sehingga mudah disatukan dalam proses perakitan.
Cara manufaktur inilah yang memungkinkan terciptanya produk produk baru, dimulai dengan bedil, lalu mesin jahit dan kemudian mesin pembuat mesin, dan terus berkembang sampai produk yang terdiri atas ratusan bahkan ribuan komponen, seperti pesawat terbang, televisi bahkan pesawat ruang angkasa dan roket. Cara ini memungkinkan produk masaal dengan nilai tambah yang tinggi. Dalam merancang sebuah produk diperlukan kemahiran merekayasa produk, rekayasa teknologi, rekayasa proses, rekayasa manajemen, rekayasa pembiayaan dan rekayasa pemasaran.
Bangsa kita belum memiliki kesadaran tentang kepemilikan kemampuan rekayasa ini, sehingga belum dijadikan sebuah disiplin ilmu terpadu yang kita sebut rekayasa manufaktur.
Karena kita belum mahir dalam manufaktur, maka perlu dijalankan langkah langkah kearah itu. Langkah pertama adalah merobah tatapikir handicraft yang sudah mengakar dalam memori kita dengan tatapikir manufaktur.
Dalam berproduksi secara handicraft, barang dibuat satu per satu oleh satu orang, sehingga produktivitasnya sangat rendah. Pertimbangan memproduksi sesuatu barang, ditentukan oleh tersedianya bahan baku yang melimpah dan ketrampilan perorangan yang mengolahnya, dan tidak dimulai dengan apa yang dibutuhkan pasar, sehingga menemui kesulitan dalam pemasaran. Inilah inti permasaalahan industri kerajinan kita: sulit laku.
Tatapikir manufaktur, memproduksi barang yang sangat dibutuhkan oleh pasar, karena memiliki kemampuan memproduksi barang apa saja. Persaingan di pasar sangat ketat dan hanya perusahaan yang makin mampu mengefisienkan dirinya yang dapat bertahan. Cara bertahan atau masuk kedalam persaingan ketat ini didekati dengan cara ATM, yaitu amati, tiru lalu modifikasi. Pertama dipilih barang yang paling laku yang mungkin kita produksi dengan jumlah komponen seminimal mungkin. Sesudah itu kita tiru cara pembvuatannya. Pengalaman dari meniru ini dapat kita pakai untruk memodifikasi bentuk, kegunaan serta biaya pembuatannya. Bila kita dapat melakukan pembuatan yang lebih menarik bentuuknya, lebih murah harganya dan bwertambah nilai pakainya, kita sudah dapat menyaingi produk yang sedang laku di pasaran.
Ada cara lain memulai usaha dari pasar yaitu menjadi sub kontraktor dari sebuah produk manufaktur. Cara ini membebaskan kita dari keharusan merekayasa cara produksi, sebab kita tinggal mengikuti proses yang telah ada.
Pada industri manufaktur Jepang, kebutuhan akan sub kontraktor ini sangat niscaya, karena dengan menyerahkan sebahagian pekerjaan pembuatan komponen kepada perusahaan yang lebih kecil mereka akan dapat menekan biaya produksi, karena biaya perusahaan kecil relatif lebih kecil dari perusahaan besar terutama karena perbedaan dalam biaya overhead. Ini sudah dipraktekkan pada usaha pembinaan UKM di Astra.
Kesempatan menjadi sub kontraktor pada industri Jepang ini masih sangat luas mengingat komponen kenderaan bermotor dan elektronika pabrik pabrik Jepang di Indonesia, lebih dari separuhnya masih diimpor.
Bila anda suatu hari sudah menjadi seorang pengusaha industri manufaktur, anda harus segera mengelola industri anda berdasarkan syariah, manajemen industri yang islami, sebab industri yang islami inilah yang membuat Jepang dapat mengungguli industri barat pada saat ini.
Manajemen industri manufaktur berdasarkan syariah ini bertumpu pada pondasi seperti dibawah ini:
1. Perusahaan industri diniatkan bukan untuk memupuk kekayaan segelintir orang, tetapi berbagi hasil dengan mitra kerja untuk jadi mankmur bersama. Dikelola karyawan untuk kesejahteraan karyawan sendiri. Cara ini menghasilkan pekerja yang termotivasi tinggi.
2. Segala kegiatan dala industri, tiada lain hanya untuk menggapai ridha Allah, sebagai pelaksanaan tugas khalifatullah fil ard dalam memakmurkan alam semesta.
3Untuk mencapai tujuan diatas, maka pelaksanaan industri adalah melayani langganan secara all out, dengan mengusahakan afkir yang makin kecil sampai ke zero defect, menekan biaya produksi secxara cerdik dan mengenali kemampuan sendiri agar dapat menepati janji penyerahan barang hasil produksi dalam wktu, jumlah dan mutu yang tepat sesuai janji.
4. Memilih produk yang sangat dibutuhkan pasar dan yang halal.
5. Mengharamkan memasuki industri yang berpotensi merusak segalanya baik lingkungan, akhlak, kesehatan dan lain lain.
6. Taat mematuhi semua peraturan pemerintah dan adat kebiasaan masyarakat yang islami.

Dengan menjalankan industri manufaktur berbasis syariah ini, insya Allah anda disamping mendapatkan keuntrungan materi, juga mendapat pahala dari Allah.
Bagi orang yang non muslim tidak perlu ada kekhawatiran, karena yang dijalankan adalah sistim yang islami, bukan pe nganutan agama Islam. Jepang sudah menjalankan sistim sejenis ini tetapi tidak menjadi pemeluk agama Islam.

Masih ada persoalan yang harus dihadapi yaitu masaalah pembiayaan dan pemasaran.
Dalam masaalah pembiayaan dapat bersinergi dengan sistim perbankan syariah. Kemungkinan ini sangat layak mengingat kedua sistim ini sangat kompatibel. Tambahan pula, perbankan syariah membutuhkan usaha yang akan dibiayai bila ingin jadi besar.
Untuk pemasaran, pemerintah harus turun tangan membentuk chain store untuk produk IMBS ini, diseluruh kabupaten di seluruh Indonesia. Biayanya dapat diambil dari alokasi biaya yang diperuntukkan pengembangan industri kerajinan yang tidak menampakkan pengaruh pada peridustrian nasional, termasuk biaya untuk Dewan Kerajinan Nasional dari Departemen Perindustrian dan bantuan lain untuk pengrajin dari Kementerian Koperasi dan UKM.

Tahu 2007 ada perjanjian Indonesia -Jepang tentang Economic Partnership Agreemant yang dapat dipakai untuk menjalin kerjasama antara sub kontraktor Jepang untuk bermitra dengan calon sub kontraktor Indonesia, yang karena sudah menerapkan IMBS maka akan menjadi kompatibel sesamanya.
Tahun 2008 ini, Presiden SBY memutuskan bahwa kebutuhan TNI akan dipasok dari dalam negeri, akan merupakan lahan yang paling subur untuk membiakkan IMBS.

Agar usaha mensukseskan IMBS ini dapat berjalan makin lama makin maju, perlu ada kumpulan orang yang berdedikasi tinggi untuk bersatu dalam sebuah wadah. Wadah ini saya usulkan diberi nama KOINMAS, kependekan dari Komunitas Insan Industri Manufaktur Syariah.

Bila anda sesudah menyimak apa yang ada dalam blog ini dan ada yang perlu penjelasan lebih lanjut, jangan segan segan menghubungi kami dengan segera, dan kami akan berusaha menjawab selengkap mungkin sampai anda puas. Bila ilmu kami masih kurang mendukung untuk menjawab pertanyaan anda, saya akan menngundang orang yang akhli dalam kasus yang anda tanyakan, atau siapa tahu, banyak orang yang mau menyumbang pikiran dalam hal itu.

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.