27 Januari 2008

Peranan perbankan syariah dalam mengembangkan industri manufaktur berbasis syariah

Perbangkan syariah berkeinginan keras untuk memperbesar pangsa pasar dalam sistim perbankan nasional.
Sesuai dengan wataknya yang menyediakan pembiayaan dan bukan kredit berbunga, berhubungan dengan calon nasabah yang sudah biasa dengan kredit bank dapat menjadi hambatan atau dengan kata lain usaha yang biasa dengan sistim kredittidak kompatibel dengan watak perbankan syariah.
Untuk menghindari masaalah ini, perbankan syariah wajib mengembangkan sebuah sistim industri yang berbasis syariah.
Industri semacam ini harus merupakan sebuah ibdustri manufaktur yang diniatkan bukan untuk menumpuk harta tetapi membagi hasil antara peserta industri baik manajemen maupun pekerja.
Banyak usahawan yang memiliki usaha atau calon usaha yang sangat layak tetapi sulit mendapatkan pembiayaan.
Pertimbangan menjalankan usaha ini harus feasible yaitu mulai dari pasar yang sepasti mungkin(captive market). Menjadi sub kontraktor dari sebuah industri manufaktur merupakan usaha yang dianjurkan dan kalau dicari mudah mendapatkannya.
Dalam sebuah industri manufaktur moderen, kebutuhan sub kontraktor menrupakan keniscayaan karena dengan menyerahkan sebahagian pekerjaan kepada subkon berarti menekan ongkos produksi dengan kata lain mendapatkan ekstra profit.
Kalau ada pekerja yang dirumahkan dari sebuah industri manufaktur dan mendirikan sebuah usaha sub kontraktor dari industri tersebut akan sangat dihargai. Contoh yang sudah berjalan adalah UKM binaan Astra.
Kalau pasar yang pasti ini dilaksanakan dalam semangat syariah yaitu bagi hasil dan motivasi mendapatkan ridha Allah dalam bekerja, insya Allah perusahaan ini akan sehat dan dinamis, karena didukung oleh pekerja yang memiliki motivasi yan tinggi untuk menghasikan produk yang makin lama makin baik kwalitasnya, makin rendah biayanya dan makin tepat penyerahan barangnya( tidak terlambat)
Peluang ini masih luas terbuka tetapi kita belum menyadari sehingga tidak pernah siap. Selamat berjuang.

26 Januari 2008

Peran NIAT dalam memulai sebuah bisnis

Ketika mulai menjalankan sebuah usaha, bisnis, industri yang ada dalam kepala orang adalah gambaran keuntungan yang akan diraihnya lewat bisnis itu seiring dengan perjalanan waktu. 
Dengan kata lain, niatnya mendirikan usaha adalah untuk mencari keuntungan. Lalu dengan keuntungan itu dia dapat mengumpulkan asset, harta dan materi sebanyak-banyaknya.

Menurut pandangan IMBS, seharusnya niat mendirikan usaha industri tidak hanya sebatas untuk mencari keuntungan, menumpuk asset atau mengumpulkan materi  tetapi harus disertai dengan niat untuk  berbagi keuntungan itu dengan mitra usaha. Siapa yang layak disebut sebagai mitra usaha ? Ya semua pihak yang terlibat dalam
kegiatan usaha itu. Sebut saja seperti pemilik, pelaksana, karyawan, supplier, pembuat komponen, distributor dsb.

Semangat berbagi inilah yang pada akhirnya akan melahirkan kebersamaan dalam arti yang sesungguhnya dalam diri setiap orang sehingga mereka berkepentingan dengan eksistensi usaha. Dan kegiatan berbagi ini pulalah yang Insya Allah akan membuat tingkat kesejahteraan semua pihak dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu.

Hanya dengan cara demikianlah kiranya, keberadaan usaha dapat dibuktikan memberi manfaat yang jelas dan sangat positif bagi orang lain.

17 Januari 2008

REVOLUSI INDUSTRI INDONESIA

Pendahuluan

Dalam mengemukakan pendapat tentang Revolusi Industri Indonesia, saya menggunakan tabel yang dikutip dari tulisan yang berjudul : The Industrial Revolution, Past and Future pada http://www.gnxp.com/MT2/archives/002433.html.
Dari tabel diatas ditemukan ada tiga fakta penting yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan Revolusi Industri Indonenesia ini.

Fakta pertama, bahwa pendapatan bangsa-bangsa di dunia, nyaris sama sebelum tahun 1750, dan langsung mengalami perbedaan yang sangat menyolok sesudahnya. Perbedaan yang menyolok ini disebabkan oleh sebuah revolusi, Revolusi Industri namanya. Revolusi ini dimulai di Inggris pada pertengahan abad XVIII. Dengan diaplikasikannya mesin uap pada industri tekstil Inggris kemudian dengan mudah ditularkan kepada bangsa-bangsa yang berhasa Inggris seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Bangsa-bangsa ini karena sebagai pelopor pelaksanaan revolusi industri, menjadi kelompok bangsa yang paling cepat mengembangkan teknologi dan menjadi kelompok bangsa yang memiliki kekayaan paling tinggi sampai saat ini sebagaimana dapat dilihat pada grafik diatas dengan garis yang berwarna hitam.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari fakta ini adalah, hanya bangsa yang melakukan revolusi industri yang dapat menikmati kemajuan ekonomi.

Fakta kedua, adalah grafik dengan garis berwarna hijau yang mewakili bangsa Afrika dan Asia kecuali Jepang, dimana Indonesia termasuk didalamnya hampir tidak mengalami perubahan sampai tahun 1950 dan hanya sedikit meningkat sejak itu. Bangsa-bangsa ini tidak berkesempatan melakukan revolusi industri karena hampir semua merupakan bekas jajahan bangsa Eropa sehingga tidak memiliki memori sedikitpun tentang revolusi industri. Ekonomi mereka pada saat ini masih seperti kondisi sebelum tahun 1750 yang bertumpu pada pertanian manual dan industri kerajinan yang manual juga, sehingga memiliki produktivitas dan kemampuan membuat nilai tambah yang sangat rendah. Demikian juga dengan Indonesia. Kesimpulan dari fakta ini : jika ingin maju Indonesia harus melakukan revolusi industri sesegera mungkin.

Fakta ketiga adalah grafik dengan warna biru, tentang Jepang yang sudah memiliki memori tentang revolusi industri sejak Restorasi Meiji. Garis biru ini sebelum perang dunia kedua berada pada urutan keempat dalam tabel diatas, namun setelah perang dunia kedua menanjak sangat tajam sehingga hanya dalam kurun waktu 40 tahun yaitu pada tahun 1990 garis biru ini sudah berada pada ranking kedua.
Indonesia selayaknya mengikuti cara Jepang untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang industri. Kesimpulan dari fakta ketiga, adalah bila melakukan revolusi industri, Indonesia harus mem- ' bench mark ' apa yang telah ditempuh oleh Jepang dalam mengembangkan industri mereka.


Perjalan Sejarah Revolusi Industri Dunia

Revolusi ini dimulai pada pertengahan abad XVIII di Inggris, dengan tahap awal yang mengganti ketergantungan industri kepada tenaga yang disediakan alam, seperti air, angin, panas matahari, tenaga manusia dan hewan, ke ketergantungan terhadap tenaga buatan manusia yang dimulai dengan mesin tenaga uap, lalu tenaga listrik, nuklir, dll setelah itu.
Tahap kedua ditemukan bahan baku industri strategis seperti besi baja untuk pembuatan mesin, mesin pembuat mesin dan bahan kimia an-organik yang dapat diproduksi oleh manusia menggantikan bahan yang organik yang disediakan oleh alam. Tahap selanjutnya ditemukannya cara berproduksi manufaktur yang memungkinkan terciptanya produk-produk baru, sepreti mobil, televisi, pesawat terbang dll.
Cara manufaktur ini adalah cara berproduksi dengan mengurai sebuah produk dalam bentuk komponen-komponen dan memproduksinya dengan membuat komponen lelu merakitnya. Dengan cara ini dapat dihasilkan produk yang seragam dalam jumlah yang besar sesuai kebutuhan dan kesanggupan menghasilkannya. Cara berproduksi secara manufaktur inilah yang menyebabkan negara industri menjadi kaya. Sebahagian dari kekakyaan ini mereka sisihkan untuk mengembangkan kemampuan kmesin yang kita kenal dengan teknologi, dan dengan bertambahnya kemampuan teknologi mereka menjadi lebih kaya lagi. Perkembangan ini berlangsung secara berulang-ulang ( snow balling ) sehingga kemajuan yang mereka nikmati bertambah terus secara berkelanjutan.

Pemicu terjadinya revolusi industri ini adalah semangat menjadi kaya yang dilahirkan oleh falsafah individualisme yang menganjurkan setiap warga negara untuk menjadi kaya, dan paham materialisme yang berambisi memiliki materi sebanyak-banyaknya, dan menaklukkan alam dengan menciptakan tenaga ciptaan manusia sebagai pengganti tenaga yang disediakan alam yang pada tahap awalnya berupa penemuan mesinn tenaga uap.
Individualisme dlaam situasi peningkatan kekayaan melahirkan orang kaya baru yang memiliki kesempatan yang lebih besar dalam meningkatkan kekayaan melalui sinergi antara kekayaan dan teknologi, yang pada akhirnya melahirkan sebuah kelompok baru orang kaya, yang sekarang kita sebut dengan kapitalis. Mereka melahirkan sistem baru dalam masyarakat, yaitu sistem kapitalisme yang memperkuat posisi mereka dalam masyarakat sampai saat ini.
Kapitalisme inilah yang mengakibatkan distribusi kekayaan dunia menjadi terpusat pada segelintir orang kaya yang menguasai dunia sehingga terjadi jurang antara yang kaya dan yang miskin melebar dan terus melebar yang kini menjadi masalah utama dunia. Disamping itu karena perburuan materi yang berlebih-lebihan mulai mengancam keamanan lingkungan dan mulai rusak, yang mengakibatkan antara lain pemanasan global seperti yang lagi diributkan sekarang ini.

Setelah kalah dalam perang dunia kedua, bangsa Jepang memikirkan cara lain untuk mengungguli bangsa Barat. Mereka melihat peluang itu ada di bidang ekonomi, khususnya dalam bidang industri manufaktur. Falsafah materialisme yang menilai materi lebih penting daripada manusia pada masyarakat barat, mereka robah dengan menempatkan manusia diatas segala-galanya. Falsafah ini sangat dipengaruhi oleh agama Shinto dan cocok untuk bangsa Timur lainnya. Agama-agama lainpun memiliki falsafah yang sama.
Falsafah ini melahirkan kebijakan-kebijakan yang menjadikan kesejahteraan manusia sebagai satu-satunya tujuan yang akan dicapai. Dalam kaitan pelaksanaan kebijakan diatas, dalam praktek mereka menciptakan instrumen-instrumen pemerataan pendapatan dan pelayanan untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan manusia.
Tindakan yag paling menyolok adalah dirubahnya HUBUNGAN BURUH-MAJIKAN ( Labour-Management Relationships ). Pada Industri Barat, antra buruh dan majikan terdapat pertemtangan kepentingan, dimana pengusaha menginginkan biaya buruh serendah mungkin untuk mengejar keuntungan, sedangkan kaum buruh menginginkan pendapatan setinggi mungkin. Kondisi antagonistik ini menguras energi yang cukup besar dalam institusi industri.
Jepang merubah kondisi antogonistik ini menjadi kondisi sinergis, dimana pengusaha dan buruh menyatukan tenaga untuk mencapai kemajuan, dan hasilnya dibagi sesuai dengan perjanjian. Dengan kondisi sinergis ini, pembelaan pekerja Jepang terhadap perusahaan tempat dia bekerja menjadi maksimum.
Seorang guru besar manajemen Amerika bernama Hugh Patrick, ekonom pada Columbia University menggambarkan situasi ini dalam kalimat : In America, employees steal from the firm but in Japan employees steel for the firm. Tindakan selanjutnya adalah pemerataan dalam bidang berusaha. Perusahaan besar Jepang memberikan sebagaian bear pekerjaan berupa komponen kepada perusahaan yang lebih kecil untuk memperoleh keuntungan tambahan karena biaya produksi perusahaan kecil lebih rendah daripada biaya produksi perusahaan besar yang disebabkan oleh perbedaan dalam biaya overhead.
Tindakan pemerataan yang lain adalah pemerataan kepemilikan usaha. Pada umumnya para pendiri perusahaan, tidak memiliki saham mayoritas, bahkan sangat kecil dalam perusahaan. Pemegang saham mayoritas adalah lembaga keuangan yang menjualkan saham perusahaan kepada investor kecil melalui bursa. Sebagai contoh Konosuke Matsushita hanya memiliki saham 3,5 % pada Matsushita Electric Industries, perusahaan yang dibangunnya semenjak dia masih muda. Tindkan selanjutnya adalah memanjakan manusia pelanggan. Bila kita kenal pameo ' pembeli adalah raja ', maka Jepang merubahnya menjadi : ' pembeli adalah dewa '. Untuk itu mereka memberikan pelayanan purna jual untuk meringankan pelanggan dalam memelihara produk yang mereka beli ( S ). Tindakan selanjutnya untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada para pelanggan adalah dengan menyediakan barang yang makin lama makin baik mutunya ( Q ), makin rendah biayanya ( C ), dan makin tepat penyerahan barangnya baik dalam waktu maupun jumlah kepada manusia pelanggan ( D ). Tindakan-tindakan ini yang terkenal di Jepang dengan istilah QCDS.

Bila Anda seorang muslim, Anda akan mengatakan bahwa industri Jepang adalah industri yang islami.

Jika Indonesia ingin memajukan ekonominya, tiada lain jalan dengan membangun industri manufakturnya, bukan industri handycraft, mem-bench mark teknik Jepang yang islami ini. Sudah tentu kita harus menambahkan sesuatu yang sangat penting didalamnya, yaitu ' tauhid '.
Bila kita sudah memasukkan unsur tauhid kedalam falsafah industri hasil revolusi kita, maka semua stake holder akan mekiliki motivasi hanya mencari ridho Allah dan bukan untuk memperkaya diri. Pekerja kita akan memiliki motivasi tertinggi di dunia dan Insya Allah industri kita akan menempati posisi saing tertinggi di dunia.
Dengan memasukkan unsur tauhid kedalam pelaksanaan industri manufajtur kita, maka tibalah kita pada sebuah doktrin Industri Manufaktur Berbasis Syariah ( IMBS ).

Kesimpulan akhir dari tulisan ini adalah bahwa Indonesia harus segera melakukan revolusi industri dengan landasan dasar doktrin Industri Manufaktur Berbasis Syariah, yang akan menjadi pasangan sinergis yang sangat kompatible dengan sistem perbankan syariah kita.